Kamis, 29 Januari 2015

cerpen "SETAN ATAU SEHAN?"



SETAN ATAU SEHAN?
Malem minggu adalah malem yang ditunggu-tunggu oleh anak jaman sekarang. Pacaran lah, ke mall lah, beli ini beli itu, blablabla. Tapi ngga dengan gue dan tiga orang teman gue. Muhammad Aldiansyah Putra Gumawan Prasetyo, itulah nama gue. Tapi cukup panggil gue dengan nama Pras. Dan tiga orang teman gue bernama Gio, Revand, dan Renald. Kita emang bertetangga, kecuali Gio yang rumahnya emang agak jauh dari rumah gue.
Kita sebut malem minggu dengan sebutan sabtu malem.  Sabtu malem adalah saat-saat terindah dimana kita dapat meluapkan rasa kesel kita kepada teman, ataupun guru saat sekolah. Untuk meluapkan rasa kesel tersebut, kita biasa main Play Station.
Pada hari sabtu sepulang sekolah, gue mengajak mereka main PS di rumah gue.
“Hai guys, apa acara kita nanti malem? Main PS ?” gue ngajak mereka main PS.
“Oke, main bola ya.” Sambut Gio.
“Eh, ngomong-ngomong lo semua berani main bola lawan gue?” gue mulai bercanda sama mereka.
“Jangankan lo, Ronaldo aja gue kalahin.” Sambut Revand dengan cepat.
“Udah ngga usah ribut, gue yang bakal jadi juara.” Jawab Renald dengan nada yang cukup serius.
“Udah kita buktikan nanti. Nanti malem ke rumah gue jam setengah delapan ya guys.” Sambut gue tanpa basa-basi.
“Oke, gue duluan ya guys.” Revand berpamitan.
Kita pun pulang kerumah masing-masing, kecuali Gio yang masih harus jalan kaki lagi cukup jauh.
Waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba. Jam setengah delapan malem tepat, semua udah kumpul. Semuanya duduk manis di depan televisi. PSnya gue nyalain dan semua memasang wajah yang gembira.

“Siap guys? Cup aja ya!” gue yang memprogram Psnya.
“Siap dong, gue pake Manchaster United ya!” sambut Gio.
“Ya udah, gue pake Real Madrid. Lo pake apa? Tanya gue ke Revand.
“Gue pake Barcelona aja.” Jawab Revand.
“Gue pake Chelsea, siap juara!” tanpa ditanya, Renald langsung ngomong dengan PDnya.
Pertandingan demi pertandingan telah terlewati. Dan akhirnya mempertemukan gue sama Renald di final, final antara Real Madrid vs Chelsea. Babak pertama gue berhasil memimpin dengan skor 1-0. Tapi dibabak kedua Renald berhasil merubah keadaan dan berhasil menang dengan skor 2-1.
Pertandingan pun diulang kembali dengan team yang berbeda. Pertandingan demi pertandingan sudah terlewat, dan akhirnya rasa ngantuk di mata Revand membuat Revand terpaksa berhenti bermain dan segera pulang. Dan kemudian disusul oleh Renald yang sudah ditelfon oleh orang tuanya.
Kini tinggal gue dan Gio yang masih betah megang stick PS. Setelah lama kita main PS, kita baru sadar kalo waktu sudah menunjukan jam 12 tepat. Akhirnya Gio pulang, tetapi minta ditemenin gue.
“Pras, anterin gue dong. Gue takut nih.” Gio mau pulang, tapi minta ditemenin gue.
“Lo kan tadi berangkat sendiri, pulangnya sendiri dong.” Jawab gue sambil tersenyum.
“Jangan gitu dong, please lah.” Gio sampai mohon-mohon ke gue.
“Iya lah, bentar gue ngeluarin motor dulu.” Gue merasa kasian ke Gio.
Akhirnya gue nganterin Gio. Setelah merinding diperjalanan, akhirnya sampai juga di rumah Gio. Gio langsung turun dan berterima kasih ke gue. Sekarang, tinggal gue yang bingung pulangnya gimana.


“Aduh, gimana nih pulangnya. Gelap banget lagi. Ahh sudahlah ngga ada apa-apa inih.” Bisik gue dalam hati.
Akhirnya gue beranikan diri pulang ke rumah. Tapi sialnya, lagi diperjalanan motor gue pake acara mogok lagi.
“Aduh ni motor pake acara mogok segala, mana gelap banget lagi.” Kata gue kesel.
Lagi bingung-bingung memperbaiki motor, tiba-tiba ada suara yang menghampiri gue.
“Kenapa dengan motornya?” kata suara itu.
Setelah gue melihat siapa yang ngomong, ada sesosok seperti orang memakai baju putih. Langsung gue lari dan motor gue tinggal. Gue langsung masuk ke rumah tanpa memikirkan motor gue. Tak berapa lama, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu.
Awalnya saya biarkan, tetapi ketukan itu tak kunjung berhenti. Akhirnya gue beranikan diri buka pintunya. Teeeett... pintunya gue buka dan..
“Eh Pak Sehan, ada apa yah pak malem-malem begini kesini?” tanya gue penasaran.
“Itu tadi motor kamu kenapa ditinggal? Saya kan mau bantu malah kamu lari.” Jawab Pak Sehan menjelaskan.
“Oh tadi itu pak Sehan. Maaf pak, pake baju putih jadi kaya...”
“Setan !” Pak Sodiq langsung memotong saya bicara.
“Hehehe, maaf ya pak.” Gue meminta maaf ke Pak Sehan.
“Iya ngga papa, itu motor kamu dibawa pulang besok dibawa ke bengkel ya.” Pak Sehan menasehati.
“Iya pak terima kasih.” Kata gue.
Gue pun langsung mengambil motor saya dan Pak Sehan pulang ke rumahnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.