SETAN
ATAU SEHAN?
Malem minggu
adalah malem yang ditunggu-tunggu oleh anak jaman sekarang. Pacaran lah, ke
mall lah, beli ini beli itu, blablabla. Tapi ngga dengan gue dan tiga orang
teman gue. Muhammad Aldiansyah Putra Gumawan Prasetyo, itulah nama gue. Tapi
cukup panggil gue dengan nama Pras. Dan tiga orang teman gue bernama Gio,
Revand, dan Renald. Kita emang bertetangga, kecuali Gio yang rumahnya emang
agak jauh dari rumah gue.
Kita sebut malem
minggu dengan sebutan sabtu malem. Sabtu
malem adalah saat-saat terindah dimana kita dapat meluapkan rasa kesel kita
kepada teman, ataupun guru saat sekolah. Untuk meluapkan rasa kesel tersebut,
kita biasa main Play Station.
Pada hari sabtu
sepulang sekolah, gue mengajak mereka main PS di rumah gue.
“Hai guys, apa
acara kita nanti malem? Main PS ?” gue ngajak mereka main PS.
“Oke, main bola
ya.” Sambut Gio.
“Eh,
ngomong-ngomong lo semua berani main bola lawan gue?” gue mulai bercanda sama
mereka.
“Jangankan lo,
Ronaldo aja gue kalahin.” Sambut Revand dengan cepat.
“Udah ngga usah
ribut, gue yang bakal jadi juara.” Jawab Renald dengan nada yang cukup serius.
“Udah kita
buktikan nanti. Nanti malem ke rumah gue jam setengah delapan ya guys.” Sambut
gue tanpa basa-basi.
“Oke, gue duluan
ya guys.” Revand berpamitan.
Kita pun pulang
kerumah masing-masing, kecuali Gio yang masih harus jalan kaki lagi cukup jauh.
Waktu yang
ditunggu-tunggu telah tiba. Jam setengah delapan malem tepat, semua udah
kumpul. Semuanya duduk manis di depan televisi. PSnya gue nyalain dan semua memasang
wajah yang gembira.
“Siap guys? Cup
aja ya!” gue yang memprogram Psnya.
“Siap dong, gue
pake Manchaster United ya!” sambut Gio.
“Ya udah, gue
pake Real Madrid. Lo pake apa? Tanya gue ke Revand.
“Gue pake
Barcelona aja.” Jawab Revand.
“Gue pake Chelsea,
siap juara!” tanpa ditanya, Renald langsung ngomong dengan PDnya.
Pertandingan
demi pertandingan telah terlewati. Dan akhirnya mempertemukan gue sama Renald
di final, final antara Real Madrid vs Chelsea. Babak pertama gue berhasil
memimpin dengan skor 1-0. Tapi dibabak kedua Renald berhasil merubah keadaan
dan berhasil menang dengan skor 2-1.
Pertandingan pun
diulang kembali dengan team yang berbeda. Pertandingan demi pertandingan sudah
terlewat, dan akhirnya rasa ngantuk di mata Revand membuat Revand terpaksa
berhenti bermain dan segera pulang. Dan kemudian disusul oleh Renald yang sudah
ditelfon oleh orang tuanya.
Kini tinggal gue
dan Gio yang masih betah megang stick PS. Setelah lama kita main PS, kita baru
sadar kalo waktu sudah menunjukan jam 12 tepat. Akhirnya Gio pulang, tetapi
minta ditemenin gue.
“Pras, anterin
gue dong. Gue takut nih.” Gio mau pulang, tapi minta ditemenin gue.
“Lo kan tadi
berangkat sendiri, pulangnya sendiri dong.” Jawab gue sambil tersenyum.
“Jangan gitu
dong, please lah.” Gio sampai mohon-mohon ke gue.
“Iya lah, bentar
gue ngeluarin motor dulu.” Gue merasa kasian ke Gio.
Akhirnya gue
nganterin Gio. Setelah merinding diperjalanan, akhirnya sampai juga di rumah
Gio. Gio langsung turun dan berterima kasih ke gue. Sekarang, tinggal gue yang
bingung pulangnya gimana.
“Aduh, gimana
nih pulangnya. Gelap banget lagi. Ahh sudahlah ngga ada apa-apa inih.” Bisik
gue dalam hati.
Akhirnya gue
beranikan diri pulang ke rumah. Tapi sialnya, lagi diperjalanan motor gue pake
acara mogok lagi.
“Aduh ni motor
pake acara mogok segala, mana gelap banget lagi.” Kata gue kesel.
Lagi
bingung-bingung memperbaiki motor, tiba-tiba ada suara yang menghampiri gue.
“Kenapa dengan
motornya?” kata suara itu.
Setelah gue
melihat siapa yang ngomong, ada sesosok seperti orang memakai baju putih.
Langsung gue lari dan motor gue tinggal. Gue langsung masuk ke rumah tanpa
memikirkan motor gue. Tak berapa lama, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk
pintu.
Awalnya saya
biarkan, tetapi ketukan itu tak kunjung berhenti. Akhirnya gue beranikan diri
buka pintunya. Teeeett... pintunya
gue buka dan..
“Eh Pak Sehan,
ada apa yah pak malem-malem begini kesini?” tanya gue penasaran.
“Itu tadi motor
kamu kenapa ditinggal? Saya kan mau bantu malah kamu lari.” Jawab Pak Sehan
menjelaskan.
“Oh tadi itu pak
Sehan. Maaf pak, pake baju putih jadi kaya...”
“Setan !” Pak
Sodiq langsung memotong saya bicara.
“Hehehe, maaf ya
pak.” Gue meminta maaf ke Pak Sehan.
“Iya ngga papa,
itu motor kamu dibawa pulang besok dibawa ke bengkel ya.” Pak Sehan menasehati.
“Iya pak terima
kasih.” Kata gue.
Gue pun langsung
mengambil motor saya dan Pak Sehan pulang ke rumahnya.
0 komentar:
Posting Komentar