SALAH ASUHAN
ABDUL MUIS
Hanafi,
laki-laki muda yang asli orang Minangkabau, berpendidikan tinggi dan
berpandangan kebarat-baratan. Bahkan ia cenderung memandang rendah
bangsanya sendiri. Sejak kecil Hanafi berteman dengan Corrie du Bussee,
gadis Indo-Belanda yang amat cantik parasnya, lincah dan menjadi dambaan
setiap pria yang mengenalnya. Karena selalu bersama-sama mereka pun
saling mencintai satu sama lain. Setiap hari mereka berdua bermain
tenis. Tapi cinta mereka tidak dapat disatukan karena perbadaan bangsa.
Jika orang Bumiputera menikah dengan keturunan Belanda maka mereka akan
dijauhi oleh para sahabatnya dan orang lain. Untuk itu Corrie pun
meninggalkan Minangkabau dan pergi ke Betawi agar hilanglah perasaan
Corrie kepada Hanafi. Perpindahan itu sengaja ia lakukan untuk
menghindar dari Hanafi dan sekaligus untuk meneruskan sekolahnya di
sana.
Tuan
du bussee adalah ayah Corrie. Dia adalah orang prancis yang sudah
pension dari jabatan arsiteknya. Di hari pensiunnya dia menghabiskan
waktu untuk anaknya Corrie. Tapi dia juga suka dengan berburu, meski
umurnya sudah enam puluh Tahun. Tidak ada hutan belukar yang tidak dia
kunjungi. Apa bila senapan itu meletus, dapatlah seeokor penghuni rimba.
Kulitnya di jemur lalu dikirim ke paris. Dari situlah biaya kehidupan
Corrie untuk bersekolah dan untuk makan mereka berdua sebab istri Tuan
Du bussee sudah meninggal sejak
Corrie masih kecil. Pada waktu itu juga dia tidak sampai hati
meninggalkan kuburan istrinya yang berada di solok.
Akhirnya
ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah. Rapiah adalah sepupu
Hanafi, gadis Minangkabau sederhana yang berperangai halus, taat pada
tradisi dan adatnya. Ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah
yaitu untuk membalas budi pada ayah Rapiah yang telah membantu membiayai
sekolah Hanafi. Awalnya Hanafi tidak mau karena cintanya hanya untuk
Corrie saja. Tapi dengan bujukan ibunya walaupun terpaksa ia menikah
juga dengan Rapiah. Karena Hanafi tidak mencintai Rapiah, di rumah
Rapiah hanya diperlakukan seperti babu, mungkin Hanafi menganggap bahwa
Rapiah itu seperti tidak ada apabila banyak temannya orang Belanda yang
datang ke rumahnya. Hanafi dan Rapiah dikarunia seorang anak laki-laki
yaitu Syafei.
Suatu
hari Hanafi digigit anjing gila, maka dia harus berobat ke Betawi agar
sembuh. Di Betawi Hanafi dipertemukan kembali dengan Corrie. Disana,
Hanafi menikah dengan Corrie dan mengirim surat pada ibunya bahwa dia
menceraikan Rapiah. Ibu Hanafi dan Rapiah pun sangat sedih tetapi
walaupun Hanafi seperti itu Rapiah tetap sabar dan tetap tinggal dengan
Ibu Hanafi. Perkawinannya dengan Corrie ternyata tidak bahagia,
sampai-sampai Corrie dituduh suka melayani laki-laki lain oleh Hanafi.
Akhirnya Corrie pun sakit hati dan pergi dari rumah menuju Semarang.
Corrie sakit Kholera dan meninggal dunia. Hanafi sangat menyesal telah
menyakiti hati Corrie dan sangat sedih atas kematian Corrie, Hanafi pun
pulang kembali ke kampung halamannya dan menemui ibunya, disna Hanafi
hanya diam saja. Seakan-akan hidupnya sudah tidak ada artinya lagi.
Hanafi sakit, kata dokter ia minum sublimat (racun) untuk mengakiri
hidupnya, dan akhirnya dia meninggal dunia.
Dua
Tahun sudah terlampaui, Corrie sudah banyak perubahan. Belum setahun
corrie meneruskan sekolahnya di betawi, ayahnya sudah meninggal. Demi
menrima telegram dari Tuan Assisten Residen Solok menyatakan hal
kematian ayahnya itu, Corrie bagai tak dapat dilarai –larai dari pada
sedihnya. Corrie akhirnya memutuskan untuk pergi. Dia mulai membereskan
pakaiannya untuk berangkat ke solok untuk melihat kuburan ayahnya itu.
Tetapi di akhirinya lah keberangkatannya ke solok. Sebab dia tidak
sanggup melihat sendiri kuburan ayahnya karena di solok tidak ada
tempatnya lagi untuk mencurahkan isi hatinya. Akhirnya dia mengirimkan
telegram ke pada Assisten Residen supaya kuburan ayahnya di perlakukan
secara layak. Sampai akhirnya umur Corrie sudah 21 Tahun yang tinggal di
Weeskamer. Akhirnya dia dapat menerima peninggalan dari ayahnya.
0 komentar:
Posting Komentar