TAK PUTUS DIRUNDUNG MALANG
NUR SUTAN ISKANDAR
Dua
anak yatim piatu mengalami cobaan silih berganti. Banyak orang yang
tidak peduli atau pun menolong. Mereka hanya berjuang berdua. Sampai
akhirnya sang adik perempuan meninggal, sang kakak jadi makin tertekan
dan lemah, dan pada akhirnya juga meninggal dunia.
Sebuah
keluarga tidak mempunyai seorang ibu, hanya ada seorang ayah dan dua
orang anak yang sudah menjadi piatu. Anak laki-laki bernama Mansur dan
yang perempuan bernama Laminah.
Keluarga
miskin ini berada di Dusun Ketahun di Bengkulu. Cobaan kembali datang
pada Mansur dan Laminah ketika ayah mereka juga meninggal. Sekarang
kedua anak tersebut menjadi yatim piatu dan tidak mempunyai harta sama
sekali.
Setelah
itu mereka diasuh oleh bibi yang bernama Jepisah. Bibi mereka selalu
bersikap baik terhadap mereka. Pertama kali saat mereka tinggal bersama
Jepisah, mereka diperlakukan seperti anak sendiri oleh Jepisah dan
suaminya yang bernama Madang.
Tapi
sayang, setelah beberapa hari kemudian mereka kembali harus merasakan
pahitnya kehidupan. Suami Jepisah mulai berbuat yang tidak baik terhadap
mereka. Madang sering mengeluarkan kata-kata keras dan kasar kepada
mereka, bahkan memukul atau menendang. Sementara bibi Jepisah sangat
menyayangi mereka berdua.
Mansur
dan Laminah tetap bersabar sampai akhirnya sebuah kesalahpahaman
menjadikan mereka harus pergi meninggalkan bibi yang sangat mereka
sayangi itu. Mereka lalu menginap di tempat Datuk Halim dan istrinya
yang bernama Seripah.
Keadaan
mereka saat itu lebih baik. Mereka diperlakukan seperti seorang yatim
piatu yang memang benar-benar harus disayangi dan dikasihi. Namun karena
merasa sudah sangat merepotkan, mereka berdua berencana untuk pergi
merantau ke kota Bengkulu dan meninggalkan Dusun Ketahun.
Setalah
tiba di kota Bengkulu, tepatnya di kampung Cina, mereka dipekerjakan
oleh seorang toke yang memiliki sebuah toko Roti. Dalam beberapa tahun
mereka hidup dengan tenang disana.
Tapi
ketenangan mereka kembali terganggu setelah datangnya seorang pegawai
baru di toko itu yang bernama Sarmin. Sikap Sarmin sangat menakutkan.
Bandannya kekar berotot. Laminah merasa sangat terganggu akan keberadaan
Sarmin.
Seringkali
Laminah harus menangis tersedu karena rasa takutnya terhadap Sarmin.
Oleh karena itu, Mansur bertekad memberi peringatan terhadap Sarmin.
Perkelahian pun tidak dapat dihindari lagi.
Lalu
Mansur beserta adiknya memutuskan untuk mencari pekerjaan ditempat
lain. Tanpa disangka mereka pun kembali merasakan kejamnya kehidupan.
Mansur harus di bawa ke kantor polisi dan terpaksa mendekam di dalam sel setelah dituduh mencuri uang.
Laminah
terpaksa menerima kenyataan pahit itu, dan harus rela hidup sendirian
tanpa saudaranya. Apalagi ia kembali terusik oleh Darwis, temannya dulu
ketika masih bekerja di toko Roti.
Laminah
hampir diperkosa oleh Darwis laki-laki yang tidak punya perasaan
tersebut. Ia tidak tahan lagi akan kehidupan pahit yang sering
dialaminya. Pada akhirnya ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan
melompat dari tebing curam ke lautan luas.
Sementara
Mansur akhirnya keluar dari penjara, setelah beberapa lama mendekam
disana. Mansur akhirnya bisa merasakan kembali udara segar kota
Bengkulu. Tak lama sesuda hitu, kabar mengenai kematian adiknya pun
terdengar olehnya.
Sekarang
Mansur hanya hidup sendiri setelah ditinggal mati ibu, ayah dan
adiknya. Ia berusaha tetap tabah mengahadapi kenyataan tersebut. Sampai
akhirnya malapetaka pun datang.
Pikiran
dan perasaan Mansur makin tertekan karena terlalu banyak memikirkan
kehidupan yang baginya semakin kejam dan menyiksa. Badannya menjadi
lemah tidak bertenaga, sampai akhirnya ketika sedang berlayar ia jatuh
pingsan dan tenggelam ke lautan. Jenazahnya tidak diketemukan dan
menghilang.
0 komentar:
Posting Komentar